Pandemi menghancurkan usaha kecil-kecilan Kang Asep. Terhimpit utang, ia memutuskan mencari pesugihan dan mendatangi Wa Kelek, tetangganya yang dikenal sebagai ahli spiritual. Wa Kelek menawarkan dua pilihan: pesugihan hitam dengan tumbal atau pesugihan putih dengan wirid. Kang Asep pun memilih pesugihan putih.
Perjalanan Mistis ke Gunung Ciremai
Malam itu, Wa Kelek membawa Kang Asep ke lokasi terpencil di Gunung Ciremai. Tempat itu gelap gulita dan sunyi. Wa Kelek memperingatkan, “Kalau ada apa-apa, jangan lari. Yang sebelumnya malah disambut macan sebesar kerbau.”
Pada pukul 03.30 dini hari, terdengar suara serak, “Manéh mun hayang beunghar we ka aing!” (Kamu giliran mau kaya, baru aja mau datang ke saya!). Sosok perempuan berwajah hancur dan penuh luka muncul di samping Kang Asep. Ia hanya bisa diam dan berdoa, menunggu waktu Subuh untuk keselamatan.
Malam Jumat berikutnya, seorang anak kecil misterius datang meminta dinyanyikan tembang. Namun, sosok perempuan menyeramkan muncul di belakangnya, membuat suasana semakin mencekam. Akhirnya, ritual kemudian berpindah ke rumah tua yang tak berpenghuni.
Penampakan di Rumah Sepi
Di rumah itu, saat Kang Asep melantunkan wirid, muncul wanita berkemben dengan sanggul di sudut ruangan. Ketegangan memuncak pada pukul setengah sebelas malam, saat hujan deras disertai petir dan suara keras seperti lemari es jatuh dari atap. Anehnya, istri Kang Asep yang ikut ritual tetap tertidur pulas tanpa menyadari kegaduhan.
Antara Harapan dan Ketakutan
Kisah Kang Asep menggambarkan beratnya konsekuensi dari mencari kekayaan melalui pesugihan. Gangguan mistis dan ketakutan terus menghantui selama proses tersebut. Hingga kini, pengalaman itu menjadi cerita yang tak terlupakan, sekaligus peringatan bahwa mencari jalan pintas kerap membawa risiko yang tak terduga. Akankah Kang Asep mampu melewati ritual ini dengan lancar? Atau justru terus2an dihantui oleh sosok misterius?
Simak cerita selengkapnya hanya di Youtube Malam Mencekam