2024, Kang Maman hidup bersama istri dan anaknya, ia menikmati kebahagiaan sederhana. Namun, kebahagiaan itu mulai retak ketika tekanan ekonomi menghantam. Proyek-proyek bangunan yang dulu memberikan penghasilan cukup tiba-tiba mengering. Utang mulai menumpuk, dan hubungan rumah tangganya menjadi tegang.
Mencari Kedamaian Spiritual
Dalam kondisi terpuruk, Kang Maman bertemu dengan seorang teman bernama Mas Yanto yang memperkenalkannya pada majelis dzikir, tempat di mana ia diajak berzikir, berdoa, dan menjalani tirakat untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Namun, pengalaman di majelis dzikir pertama meninggalkan rasa kurang nyaman. “Ada tekanan untuk bersedekah, sementara saya sendiri sedang sulit,” ujarnya. Pencariannya membawanya ke berbagai tempat ziarah hingga akhirnya menemukan Petilasan Keramat Cimandung.
Transformasi di Cimandung
Di Petilasan Keramat Cimandung, Kang Maman bertemu Abah Joko, penjaga situs keramat tersebut. Dalam proses tirakatnya, ia menjalani ritual puasa mutih dan zikir di beberapa batu yang diyakini memiliki energi spiritual, seperti Batu Grobog dan Batu Perahu. Malam-malam yang dihabiskannya di sana diwarnai dengan pengalaman mistis: suara-suara hewan aneh, bayangan, hingga kehadiran makhluk ghaib seperti macan putih.
Salah satu momen paling menggetarkan adalah ketika ia tidak sadarkan diri selama dua hari setelah menjalani ritual di Sumur Kahuripan. Ketika tersadar, Kang Maman merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.
Menemukan Peran Baru
Pasca kejadian tersebut, Kang Maman menyadari dirinya memiliki kemampuan untuk membantu menyembuhkan orang. “Ada orang yang datang ke Cimandung dalam keadaan stroke. Saya hanya memegangnya, dan seketika dia bisa berjalan,” ceritanya. Kemampuan ini membuatnya dipercaya sebagai pemandu spiritual di Petilasan Keramat Cimandung.