Mas Eno dan Pak Didi, mendatangi rumahnya dengan sebuah pesan dari seorang guru spiritual bernama Abah Asep. Mereka berbicara mengenai sebuah keris pusaka yang diyakini memiliki kekuatan untuk menarik benda gaib, khususnya emas batangan.
Berbekal keris warisan keluarganya dan kantong macan yang diyakini memiliki daya tarik mistis, Mas Eno melakukan perjalanan menuju Sumedang untuk menemui Abah Asep. Dari sana, mereka merencanakan ritual penarikan emas yang dilakukan di tempat keramat di Cirebon.
Ritual di Malam Jumat
Ritual berlangsung dalam suasana mencekam. Gemuruh angin dan suara aneh mulai terdengar saat Mas Eno bersama Abah Asep dan Pak Didi memulai prosesi. Kehadiran sosok perempuan yang disebut sebagai “bidadari” muncul dalam ritual ini. Menurut Abah Asep, sosok tersebut adalah manifestasi dari Dewi Lanjar, penguasa pantai utara Jawa, yang memberikan emas kepada mereka.
“Emas itu muncul dalam peti. Saya merasa berat saat mengangkatnya, tanda bahwa benda itu benar-benar ada,” ujar Mas Eno.
Setelah ritual selesai, mereka kembali ke Sumedang membawa emas yang telah berhasil ditarik. Dari 15 batang emas yang muncul, Mas Eno hanya diberi satu batang oleh Abah Asep. Namun, tak ada yang menyangka bahwa emas itu membawa konsekuensi besar dalam hidupnya.
Kekayaan yang Tak Berkah
Mas Eno memutuskan untuk menjualnya ke sebuah toko emas di Cirebon. Transaksi berjalan lancar, dan ia menerima dana ratusan juta rupiah. Uang tersebut kemudian diinvestasikan dalam bisnis restoran di Malioboro, Jogja, bersama seorang teman.
Awalnya, usaha itu berkembang pesat. “Dalam sebulan, saya bisa mendapat 10 juta bersih,” ujar Mas Eno. Namun, perlahan bisnisnya mulai merosot. Ia mulai mengalami mimpi buruk, didatangi makhluk menyeramkan, dan merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan uang yang ia peroleh.
Akankah Mas Eno hidup dengan uang dari pesugihannya? Simak kisah lengkapnya di Youtube Malam Mencekam