Tahun 2016. Seorang kontraktor properti asal Madiun bernama Mas Jack sedang menggarap proyek rumah dan gudang. Bukan masalah duit, bukan juga kepepet kebutuhan. Tapi solidaritas kepada teman yang terjerat utanglah yang akhirnya menyeret Jack ke dunia yang tak kasat mata.
Temannya, Agus, sedang putus asa. Sertifikat rumahnya tergadai, utang ke Pak To menumpuk hingga Rp150 juta, dan tinggal Rp50 juta lagi sebelum rumah disita bank. Jack yang semula ingin membantu sebatas moral, akhirnya ikut mencarikan solusi.
Sampailah mereka pada Mas Widodo, sosok misterius yang mengaku bisa bantu asal disiapkan dana Rp5 juta untuk akomodasi. Tapi bantuan itu bukan pinjaman dari koperasi, bukan juga lembaga legal.
“Ini… ritual pesugihan,” ujar Mas Widodo.
Ritual tersebut digelar di salah satu pantai angker di selatan Jawa Tengah, yang dikenal sebagai wilayah kekuasaan Kanjeng Ratu Kidul. Di sana, ditemani seorang juru kunci, Mas Jack diminta menjalani serangkaian tahapan. Ia duduk di depan sesajen lengkap dengan kain kafan, uang-uang kecil, dan ayam panggang. Lalu mantra dibaca. Dan ia diminta memakan ayam sambil membayangkan seseorang yang paling dibenci.
Tak lama… Angin berhembus liar, Hujan turun meski musim kemarau dan muncul sosok-sosok gaib… Dari makhluk besar berbulu seperti genderuwo, hingga jerangkong menari, semuanya menampakkan diri. Tapi yang paling menghantam jiwa Mas Jack, adalah saat kereta kencana muncul… dan Kanjeng Ratu berdiri di depannya. Yang ditunjukkan? Bayinya sendiri. Tergantung terbalik, dipegang dari kakinya.
“Ngapain kamu ke sini? Kamu sudah lebih dari cukup…”
Jack langsung mundur. Ritual dihentikan. Tapi tidak dengan Agus. Esok malam, Agus ambil alih. Ritual dijalankan lagi dan kali ini, langsung diperlihatkan tiga karung uang: hijau, merah, dan kuning. Juru kunci sudah memperingatkan jangan ambil merah dan kuning. Tapi karena ambisi dan panik ingin melunasi utang, Agus justru memilih kuning dengan ikatan merah.
Malam itu juga, kereta kencana datang ke rumah. Kamar khusus tempat ritual dibuka. Uang tunai dalam karung besar benar-benar ada. Total 2 miliar rupiah. Semua yang ikut ke pantai dibagi rata, masing-masing dapat Rp50 juta. Agus pun beli tanah dan mobil.
Tiga bulan kemudian, Agus meninggal Tanpa sebab, Tanpa gejala, dan tiba-tiba meninggal. Disusul kemudian oleh mertuanya. Dan dalam waktu 6 bulan uang 2 M itu habis. Semuanya lenyap, kecuali sertifikat rumah yang berhasil ditebus kembali.
Penutup:
Mas Jack menyaksikan semua ini. Ia bersyukur tidak jadi lanjut. Ia ingat betul bagaimana anaknya ditunjukkan sebagai pengganti saat ritual pertama. Ia percaya, pesugihan tak pernah gratis.
“Pesugihan bukan solusi. Tapi kontrak. Dan setiap kontrak… selalu punya harga.”
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.