Tahun 2016. Seorang mantan bos pabrik rokok bernama Pak Dorman datang ke rumah sahabat lamanya Mas Ruli, dalam kondisi terpuruk. Usaha rokoknya kolaps, utang bank senilai 17 miliar rupiah. Gaji karyawan tertunggak hingga 6 miliar.
“Mau kepala saya jadi babi, jadi ular, jadi apa pun… asal semua ini lunas,” ucapnya pada Ruli.
Dorman sudah mendatangi tempat-tempat keramat di Jawa seperti Gunung Kawi, Gunung Arjuno, Gunung Kemukus, bahkan Gua di Alas Purwo. Tapi semuanya menolak entah karena dia tak memenuhi syarat, atau karena juru kunci menolaknya secara halus dengan alasan “biaya ritual” Rp10 juta. Tapi Dorman tak punya uang dan bertekad untuk menjual apa pun termasuk jiwanya.
Akhirnya, Dorman melakukan ritual pesugihan dengan entitas legendaris: Menak Sembuyu Bajul Sengkoro, sosok buaya siluman, penjaga harta era Majapahit. Dalam gua, Dorman menyerahkan ari-ari manusia dan ayam cemani, lalu menumpahkan pasir hitam dalam kamar.
Keesokan harinya, uang muncul begitu saja di kamarnya. Tinggi tumpukan 60 cm. Uang asli totalnya 10 miliar. Tapi malam itu juga istri Pak Dorman meninggal mendadak. Organ hatinya hilang. Dokter pribadi bahkan menyatakan tak ada liver di dalam tubuh. Seolah-olah diambil sesuatu yang tak terlihat.
Setelah uang mulai mengalir, Dorman menerima bisikan:
“Telat sehari kasih tumbal, jari kamu hilang.”
Dan benar dua jarinya menghilang begitu saja. Tak berdarah. Tak terasa sakit. Seperti ditarik entitas tak kasat mata. Dalam 2 tahun, ibu, ayah, istri, dan anak pertama Dorman semuanya meninggal. Tinggal anak bungsu yang selamat, itupun akhirnya diselamatkan oleh Mas Rully, lalu dititipkan ke pondok pesantren.
Uang Dorman terus bertambah. Tapi syaratnya makin gelap. Ia memulai praktik jual musuh ritual dengan korban nyata. Syaratnya cari orang usia di bawah 25 tahun Atau janda ditinggal mati, minta foto dari ujung rambut sampai kaki, dan pakaian dalamnya lalu serahkan ke tempat ritual
Beberapa orang yang tergiur uangnya menjadi “calo” kambing manusia. Tapi begitu salah satu foto korban ternyata milik orang yang sudah meninggal, orang yang menyerahkan foto itu mengalami hal mengerikan tubuh panas seperti disiksa. Jari-jari hilang. Wajah hitam separuh. Seperti sakaratul maut tanpa mati.
Tahun ke-4, Pak Dorman semakin liar. Dia ingin “kambing” yang bisa dimakan langsung. Dia menyiapkan ritual di hutan, memanggil Menak Sembuyu. Saksi mata melihat sosok buaya berbadan manusia tertawa mengelilingi batu besar, sebelum meludahi foto korban.
Tapi malam itu juga anak ketiganya meninggal tragis. Diangkat ke udara. Lalu tubuhnya pecah. Pembantunya pun meninggal di tempat. Akhirnya Pak Dorman menyerahkan anak terakhirnya ke Mas Rully, lalu Meninggal di hotel. Tanpa tangan, tanpa kaki, tanpa kepala.
Penutup:
Kekayaan 4 Tahun, Kehilangan Selamanya Pak Dorman menikmati pesugihan selama 4 tahun. Uang berlimpah. Mobil mewah. Tapi yang tersisa? Satu anak. Empat nyawa hilang. Jari-jari hilang. Tubuh dimutilasi entitas gaib. Dan sejatinya pesugihan itu bukan tentang jadi babi atau buaya. Karena tubuh tetap manusia. Tapi jiwa dan wajahmu tak akan pernah sama.
Tonton versi lengkap ceritanya di YouTube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.