Malam itu langit tanpa bulan. Angin membawa aroma tanah basah, bercampur bau dupa yang samar-samar menusuk hidung. Di sebuah desa terpencil, ada gua yang jarang disebut orang. Bukan karena tak dikenal, tapi karena nama itu sendiri dianggap mengundang bahaya.
Di dalam gua, obor menyala redup. Di meja batu, sesaji tersusun rapi: bunga melati, buah-buahan, kendi berisi air kembang, dan satu kendi lain yang berbau anyir menusuk. Dari kegelapan lorong, terdengar suara langkah pelan. Malam itu, Mbak Tika dibawa ke sana oleh suaminya tanpa tahu bahwa kehamilannya menjadi taruhannya.
Awal 2018, hidup Mbak Tika terasa berat. Hamil anak ketiga, sementara suaminya, yang bekerja di perusahaan pembiayaan, tak pernah terbuka soal gaji. Belakangan, ia mengetahui bahwa sang suami kecanduan judi online.
Uang gaji habis entah ke mana. Kebutuhan anak-anak sering tak terpenuhi. Orang tua Mbak Tika menyarankan agar ia berpisah, tapi ia bertahan demi anak-anak, apalagi yang sulung masih butuh figur ayah.
Suatu malam, setelah tiga hari tak pulang, suami Mbak Tika kembali dengan nada manis.
“Mulai sekarang aku janji, nggak bikin kamu susah lagi. Besok temenin aku ke suatu tempat,” katanya.
Mbak Tika mengira itu ajakan makan malam. Ternyata, yang menunggunya jauh lebih gelap dari yang ia bayangkan.
Malam selepas Magrib, Mbak Tika dibonceng motor ke daerah kabupaten. Pakaian seadanya daster hamil membuatnya tak nyaman. Perjalanan memakan waktu hingga mereka tiba di pemukiman sepi.
Mereka berjalan sekitar 100 meter ke arah belakang kampung, menuruni turunan curam. Di hadapan Mbak Tika terbentang mulut gua gelap, dengan hanya satu obor menyala di depan. Seorang lelaki tua, Eyang, menyambut mereka masuk.
Di dalam, Mbak Tika melihat sesaji di atas meja batu, kendi berisi air bunga, dan satu kendi lain dengan cairan anyir menggumpal. Lorong gua luas, di ujungnya mengalir air seperti sungai kecil. Bau dupa bercampur amis membuat Mbak Tika mual.
Saat Mbak Tika duduk membelakangi suaminya, angin dingin berhembus dari lorong. Dari kegelapan, muncul lah sosok perempuan berwajah pucat, telinga panjang, gigi bertaring, kuku panjang mengilap. Sosok itu menatap Mbak Tika sambil tersenyum, lalu menyerahkan bunga kamboja tapi kelopaknya ganjil.
Mbak Tika menerimanya. Seketika, Nyai itu meraih perut Mbak Tika, menempelkan tangannya, dan menghilang bagai asap. Mbak Tika pingsan. Saat tersadar di rumah, Mbak Tika merasa tubuhnya panas. Ia mengambil pakaian di lemari dan terkejut melihat puluhan juta rupiah berserakan di sana. Besoknya, uang kembali muncul di bawah tempat tidur, di rak pajangan selalu dalam pecahan Rp100.000.
Setiap uang itu disimpan di lemari, jumlahnya bertambah. Dari situlah, Mbak Tika dan suaminya membeli rumah senilai Rp600 juta dan mobil Honda CRV secara tunai. Hidup mereka berubah drastis dari makan di warung pinggir jalan, kini berbelanja di pusat perbelanjaan mewah.
Kehamilan Mbak Tika mulai terasa aneh. Tak ada kontraksi, tak ada gerakan janin. Suatu hari, ia memeriksakan diri bayinya hilang dari kandungan. Baru saat itu suaminya mengaku uang mereka berasal dari pesugihan, dengan tumbal janin yang dikandung Mbak Tika. Anak perempuan yang ia harapkan… dikorbankan demi harta.
Empat tahun kemudian, Nyai datang lagi kali ini lewat mimpi.
“Kalau mau kaya lagi, kamu harus hamil lagi,” bisiknya.
Gangguan pun mulai muncul di rumah suara tangisan bayi, air di kamar mandi seperti dimainkan, dan bisikan-bisikan di malam hari. Sang suami mendesaknya untuk hamil lagi demi menambah kekayaan, tapi Mbak Tika menolak. Suaminya tetap keras kepala.
Kesempatan “mengakali” pesugihan muncul ketika sahabat Mbak Tika, Dewi, mengaku hamil di luar nikah. Mbak Tika sempat berniat membawanya ke gua untuk menjadi tumbal, namun ritual ditolak karena janin Dewi adalah hasil hubungan dengan tiga pria berbeda. Melihat sahabatnya menangis, Mbak Tika tersadar. Ia membatalkan niatnya dan mengantar Dewi pulang.
Gangguan Nyai dan tangisan bayi membuat Mbak Tika mencari pertolongan. Lewat seorang teman, ia bertemu ustaz yang membantunya memutus perjanjian. Air doa ia minum, dan teror berhenti.
Namun, hartanya tetap utuh rumah, mobil, dan uang masih ada meskipun suaminya menolak keluar dari perjanjian. Akhirnya, Mbak Tika meninggalkan rumah, bercerai, dan membawa anak-anaknya. Suami menghilang tanpa kabar.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.