Pada tahun 2018, sebuah kedai kopi di Kota Cirebon menjadi buah bibir karena keanehan yang menyelimuti perjalanannya. Dari luar, bangunan kedai itu tampak biasa saja terletak di pinggir jalan utama dengan desain sederhana yang mengikuti tren kafe kekinian. Namun, siapa sangka, tempat yang diharapkan menjadi pusat nongkrong anak muda itu justru sepi bagaikan kuburan.
Bang Bonjol, seorang pria yang saat itu dipercaya sebagai supervisor, merasakan ada hal yang janggal sejak pertama kali bekerja. Setiap sore ia membuka pintu kedai, menyalakan lampu gantung berwarna kuning temaram, dan menyalakan musik akustik, tetapi kursi-kursi tetap kosong. Sesekali ada pelanggan yang datang, duduk sebentar, lalu pergi dengan wajah tidak nyaman. Bahkan ada yang mengaku merasa seperti “tidak terlihat” saat berada di dalam. Suasana dingin, sunyi, dan penuh tekanan membuat kedai itu serasa bukan tempat usaha, melainkan ruang kosong yang dihuni energi asing.
Bos Andre, pemilik kedai, kebingungan. Ia sudah mengeluarkan banyak biaya promosi, bahkan memanfaatkan media sosial untuk menjaring pengunjung. Menu baru terus ditambahkan, diskon digelontorkan, tetapi hasilnya nihil. Dalam kondisi putus asa, ia meminta Bang Bonjol mencari jalan keluar. Dari seorang kenalan, Bang Bonjol mendapat saran aneh untuk menaburkan air garam di sekitar kedai menjelang magrib sambil membaca doa-doa tertentu.
Awalnya Bang Bonjol ragu, tetapi demi menyelamatkan pekerjaannya, ia mencobanya. Ajaib, sejak saat itu, kedai kopi yang biasanya sepi mendadak ramai luar biasa. Malam-malam berikutnya, pengunjung datang silih berganti hingga omzet menembus jutaan rupiah. Kedai yang dulu kosong kini penuh tawa dan percakapan, bagaikan pasar malam. Andre dan Fanny istrinya, tersenyum puas. Namun bagi Bang Bonjol, keajaiban ini justru menimbulkan kecurigaan.
Tak butuh waktu lama sebelum kejanggalan lain muncul. Seorang karyawan mengaku melihat sosok hitam bertanduk berdiri di toilet, menatap dengan mata merah menyala. Freezer penyimpanan daging beku sering terbuka sendiri, kursi jatuh tanpa sebab, dan di belakang kedai ditemukan ayam cemani yang sudah disembelih bersama bunga tujuh rupa. Malam-malam tertentu, Bang Bonjol bahkan mendengar suara auman samar, seolah ada binatang buas yang terkurung di dalam ruangan.
Semua kecurigaan itu akhirnya mengarah pada Fanny, istri Andre. Beberapa kali ia datang diam-diam saat malam hari, membawa kantong plastik hitam, lalu menaruh sesuatu di sudut kedai. Seorang karyawan bersaksi melihatnya menaruh sesajen lengkap dengan dupa. Puncaknya terjadi ketika seorang pelanggan tiba-tiba kesurupan. Dengan suara parau, ia menunjuk ke arah Fanny dan berteriak, “Ini gara-gara kamu! Aku tidak pernah dikasih makan!” Seisi kedai gempar, dan sejak saat itu, rahasia semakin terbuka bahwa usaha kopi itu bergantung pada pesugihan.
Setelah Bos Andre jatuh sakit parah dan akhirnya meninggal dunia, kedai dikelola sepenuhnya oleh Fanny. Bukannya berhenti, ia justru semakin terjerumus. Seorang pria yang diduga selingkuhannya kerap datang, dan bersama-sama mereka melakukan ritual tambahan di belakang kedai. Malam-malam berikutnya terasa semakin mencekam. Bang Bonjol mengaku hampir setiap malam diteror oleh sosok tinggi besar bertanduk yang berdiri di kamar karyawan. Kadang, bayangan dua sosok putih bergelayut di langit-langit, menatap dari atas.
Suasana kerja menjadi penuh ketegangan. Para karyawan takut, tapi tidak berani keluar karena takut dianggap durhaka pada bos. Hingga akhirnya, Bang Bonjol memberanikan diri membuang sesajen yang ditaruh di dapur. Sejak saat itu, gangguan semakin parah. Piring pecah sendiri, listrik sering padam tiba-tiba, dan suara langkah berat terdengar di lantai atas padahal bangunan itu hanya satu lantai. Fanny murka. Ia menuduh Bang Bonjol sebagai penyebab kekacauan dan mengancam akan mengusirnya.
Konflik meledak. Pertengkaran besar terjadi di depan karyawan lain. Beberapa pekerja memilih mundur daripada terus diteror, sementara Bang Bonjol bertahan sebentar karena iba melihat kedai itu semakin kacau. Namun, peringatan datang dari gurunya yang paham ilmu batin. “Kalau kau tetap di sana, nyawamu bisa jadi tumbal,” katanya. Dengan berat hati, Bang Bonjol akhirnya pergi meninggalkan pekerjaan itu.
Tak lama kemudian, kabar mengejutkan datang. Fanny meninggal dunia secara tragis dalam kecelakaan lalu lintas. Kedai kopi yang sempat begitu ramai itu ditutup selamanya pada tahun 2019. Bangunannya kini dibiarkan kosong, catnya mulai mengelupas, dan kaca jendelanya buram dipenuhi debu. Warga sekitar mengaku masih sering melihat sosok hitam tinggi di dalam bangunan itu, seolah penjaga gaibnya masih menetap.
Kisah kedai kopi ini menjadi pengingat bahwa jalan pintas lewat pesugihan hanya memberikan fatamorgana. Keramaian yang datang mendadak bisa jadi bukan karena promosi, melainkan hasil perjanjian gelap. Namun, pada akhirnya, harga yang harus dibayar bukan sekadar uang, melainkan nyawa dan kehancuran. Apa yang terlihat manis di awal, sering kali berakhir pahit dan penuh penyesalan.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.