Alas Roban di Jawa Tengah sejak lama dikenal sebagai kawasan angker. Jalan yang melintasinya sering jadi lokasi kecelakaan misterius, sementara hutan lebatnya dipenuhi cerita tentang makhluk halus, pesugihan, dan ritual kejawen. Di balik hutan yang penuh mitos itu, ada satu kisah nyata yang dialami seorang pemuda bernama Mas Mas Damar, seorang anak kejawen yang sejak kecil ditempa dalam laku tirakat. Ia menjalani ritual berat hingga berakhir dengan pernikahan gaib bersama sosok cantik bernama Dewi Poncowati, makhluk halus penguasa wilayah Alas Roban.
Mas Damar bukan sembarang pemuda. Ia lahir dari keluarga yang masih memegang teguh ilmu kejawen, diwarisi ajian dan doa-doa dari kakek serta ayahnya. Saat usianya menginjak dewasa, ia memilih menjalani laku batin di Alas Roban. Selama 90 hari penuh, ia hidup sendirian di hutan angker itu. Makan seadanya, tidur di tanah beralas daun, dan setiap malam hanya ditemani suara jangkrik serta desir angin yang terdengar seperti bisikan gaib.
Hari-hari awal berjalan biasa, namun semakin lama, ia mulai diganggu penampakan. Kadang terdengar langkah kaki di belakangnya, padahal tak ada siapa pun. Kadang muncul bayangan hitam yang melintas di antara pepohonan. Sesekali, ia melihat wujud separuh manusia separuh menjangan putih yang memperhatikan dari kejauhan.
Ternyata, sosok itu adalah penampakan Dewi Menjangan Putih, yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Dewi Poncowati. Selama 90 hari, ia beberapa kali menampakkan diri dalam wujud setengah binatang, seolah menguji keteguhan hati Mas Damar.
Malam ke-91 menjadi puncak dari laku tirakat. Menjelang tengah malam, udara di Alas Roban mendadak berbeda—dingin, lembab, dan penuh aroma bunga melati. Mas Damar dipakaikan busana pengantin oleh ayah dan kakeknya yang ikut hadir secara spiritual. Keris pusaka diselipkan di pinggangnya, simbol kesiapan lahir batin.
Di hadapannya, Dewi Poncowati muncul dalam wujud sempurna. Seorang perempuan Jawa berparas ayu, rambut panjang tergerai, mengenakan kebaya putih dengan selendang sutra. Diiringi pasukan gaib berwujud manusia dan binatang putih, ia menghampiri Mas Damar. Di sebuah pancuran gaib bernama Sendang Poncowati, Mas Damar dimandikan, lalu duduk berdampingan di pelaminan astral.
Sesaji berupa ayam cemani hitam disajikan. Doa-doa kuno dibacakan. Malam itu, terjadilah perkawinan gaib antara Mas Damar dan Dewi Poncowati, sebuah ikatan yang mengikat jiwa keduanya di dua alam berbeda.
Sejak pernikahan gaib itu, hidup Mas Damar berubah drastis. Tubuhnya tidak pernah menghitam meski sering beraktivitas di bawah terik matahari. Kulitnya tetap cerah, seolah dilindungi energi gaib. Namun yang paling mengejutkan adalah kemampuan berbahasa asing tanpa belajar.
Di Semarang, ia pernah bertemu dua orang asing, dan tiba-tiba bisa berbicara lancar dalam bahasa Inggris dan Prancis. Ketika pindah ke Bandung, hanya dalam hitungan jam ia sudah fasih berbahasa Sunda. Semua ini terjadi tanpa kursus, tanpa belajar, seakan ada “penerjemah gaib” yang bersemayam dalam dirinya.
Perjalanan akademiknya pun seperti mendapat jalan pintas. Pendidikan yang biasanya memakan waktu bertahun-tahun, diselesaikan hanya separuh dari waktu normal. Kariernya melesat tanpa pernah melamar pekerjaan. Dalam usia muda, Mas Damar dipercaya memimpin beberapa hotel besar di Cirebon, Semarang, hingga Malang. Semua itu, katanya, adalah hasil dari “restu” istrinya di alam gaib.
Namun, ikatan dengan dunia gaib bukanlah tanpa konsekuensi. Suatu ketika, Mas Damar lalai menjaga hubungan dengan Dewi Poncowati. Ia sibuk dengan urusan duniawi dan lupa “menghormati” istrinya di alam astral. Akibatnya, ia jatuh sakit parah.
Selama tiga bulan penuh, Mas Damar batuk setiap hari. Tapi yang keluar bukan darah atau lendir, melainkan paku-paku kecil. Dokter yang memeriksanya angkat tangan, menyebut penyakit itu bukan medis, melainkan gangguan non-medis. Mas Damar sadar, itu adalah hukuman gaib karena ia mengabaikan Dewi Poncowati. Sejak itu, ia tak berani lagi meremehkan ikatan pernikahan astralnya.
Lebih dari 20 tahun Mas Damar hidup berdampingan dengan “istrinya” dari alam gaib. Ia tidak pernah menikah dengan manusia, meski usianya terus bertambah. Teman-teman heran, keluarga pun banyak bertanya, namun ia hanya menjawab dengan senyum samar. Dalam hatinya, ia tahu ikatan dengan Dewi Poncowati tidak bisa diputus begitu saja.
Ia merasakan kehadiran Dewi dalam banyak hal seperti dalam keputusan penting, dalam bisikan yang mengarahkan langkahnya, bahkan dalam mimpi-mimpi yang terasa nyata. Hidupnya memang mudah dalam hal materi, tapi hatinya sering terasa kosong. Ia hidup makmur, namun tidak bebas.
Pada tahun 2021, setelah lebih dari dua dekade, Mas Damar akhirnya mencoba melepaskan diri dari ikatan gaib itu. Ia menjalani tirakat baru, mendekat pada agama, memperbanyak doa dan zikir. Proses itu tidak mudah. Gangguan gaib sering datang seperti suara tangisan, penampakan wanita berkerudung putih, hingga mimpi buruk tentang perceraian astral. Namun, dengan tekad kuat, ia berusaha menutup pintu yang selama ini ia buka sejak muda.
Kini, Mas Damar menyadari bahwa berkah sejati hanya datang dari Tuhan, bukan dari perjanjian gaib. Ia menyesal karena sebagian besar hidupnya terikat pada dunia yang tak kasatmata. Meski ia mendapat kekayaan, ilmu, dan kemudahan, harga yang dibayar terlalu mahal. Kehilangan kebebasan, kehilangan kesempatan membangun keluarga manusia, dan hidup dalam bayang-bayang makhluk gaib.
Kisah Mas Damar di Alas Roban adalah peringatan keras tentang bahaya jalan pintas. Kawin jin dan pesugihan memang terdengar menggiurkan, menawarkan ilmu, harta, dan kekuasaan instan. Namun, setiap janji itu selalu disertai dengan ikatan yang sulit diputus dan konsekuensi yang menjerat sepanjang hidup.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.