Di sebuah kamar kos lembap di Bandung, yang selama sepuluh tahun terkunci rapat dan dirahasiakan pemilik rumah, Mas Damar menemukan dirinya berada di pusaran peristiwa-peristiwa tak masuk akal. Sejak pertama kali membuka pintu kamar itu, ia melihat dua bayangan hitam dan putih berlalu begitu saja, seolah memberi tanda bahwa ruang tersebut memang tidak pernah benar-benar kosong. Anehnya, meski pengap, berdebu, dan penuh jamur, Mas Damar justru merasa nyaman tinggal di sana. Seakan kamar itu sudah menunggunya.
Tak lama, ia berkenalan dengan Joko, penghuni kos lain yang wajahnya bersahaja, islami, dan terkesan sangat berbeda dengan dirinya. Mas Damar, seorang anak Kejawen dari keluarga turun-temurun penganut ilmu leluhur, awalnya minder. Tapi Joko membuka diri, dan perbedaan itu justru menjadi awal persahabatan unik. Joko terkejut mengetahui Mas Damar bisa menemukan kamar rahasia yang bahkan dirinya seorang indigo tak pernah rasakan keberadaannya. “Kamu kosong di mata saya, tidak ada aura. Tapi kenapa cuma kamu yang bisa tahu kamar itu?” tanya Joko penasaran.
Dari obrolan demi obrolan, keduanya makin akrab. Hingga suatu malam, saat sama-sama kehabisan uang untuk makan dan ongkos kuliah, Joko mengajak Mas Damar melakukan sesuatu yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya menarik uang ghaib. Mas Damar yang terbiasa dengan ritual Kejawen menyiapkan dupa, bantal sebagai media, dan kain hitam penutup. Namun Joko menggantinya dengan kain putih, lalu duduk bersila membaca doa dan surat yang tak dipahami Mas Damar. Bersamaan, keduanya mengucap bismillah sebuah kata yang waktu itu masih asing bagi Mas Damar. Saat kain diangkat, lembaran-lembaran uang seratus ribuan muncul. Jumlahnya tak segepok, tapi cukup untuk ongkos, makan, bahkan makan mewah di mall keesokan harinya.
Itulah kali pertama mereka melakukan duet ritual uang ghaib dengan cara masing-masing, Kejawen dan Islam, berpadu dalam satu ruang. Bagi Mas Damar, itu pengalaman yang membuka mata sekaligus mengguncang hati.
Hari-hari berikutnya, Mas Damar makin banyak belajar dari Joko. Ia baru tahu bahwa di Bandung ada titik-titik yang dianggap angker, terutama Gandok, jembatan di Jalan Siliwangi dekat Sabuga. Setiap kali lewat sana, siang maupun malam, Mas Damar selalu melihat gondoruwo berjejer seperti barisan prajurit. Jumlahnya bukan satu atau dua, melainkan banyak, memenuhi bangunan kampus yang berdiri di sekitar situ. Joko yang penasaran suatu kali ikut naik angkot bersama Mas Damar. Di perjalanan itulah keduanya berbagi penglihatan—Mas Damar dengan kepekaan Kejawennya, Joko dengan kejernihan batinnya.
Namun perbedaan jalur tetap terasa. Mas Damar kerap menyiapkan makanan dengan menyisakan bagian untuk “saudara tak kasat mata”, sementara Joko menegurnya karena itu dianggap pemborosan dalam Islam. Di sisi lain, Mas Damar punya “istri ghaib”, hasil pernikahan ritual Kejawen, yang aromanya kadang muncul tiba-tiba di kamar kos, menandai kehadirannya. Joko, dengan pemahaman islamiah, tetap menerima penjelasan itu tanpa menghakimi. “Kita berjodoh untuk saling melengkapi,” katanya.
Di tanah Pasundan, tempat Sunda Wiwitan berakar, perjumpaan anak Kejawen dari Jawa dan anak indigo muslim dari Kudus menjadi semacam eksperimen spiritual. Dua jalur berbeda bertemu, bukan untuk saling meniadakan, tapi untuk memahami. Mas Damar yang awalnya minder karena bukan muslim justru menemukan persaudaraan sejati, bahkan ikatan batin yang memungkinkan mereka berkomunikasi tanpa kata.
Kisah itu bukan hanya soal menarik uang ghaib atau melihat gondoruwo. Lebih dari itu, ia adalah cerita tentang persahabatan lintas keyakinan, tentang pencarian makna hidup di tengah percampuran tradisi, dan tentang bagaimana dua dunia. dunia nyata dan ghaib, dunia Kejawen dan Sunda Wiwitan bertemu dalam tubuh manusia yang masih muda, masih mencari arah, tapi berani menapaki jalan yang tak semua orang sanggup jalani.
“Kadang saya berpikir, kenapa saya harus mengalami semua ini?” kata Mas Damar suatu kali. “Tapi mungkin memang jalan hidup saya untuk jadi saksi, bahwa dunia ghaib itu nyata, dan bahwa perbedaan bisa jadi jembatan, bukan jurang.”
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.