Di balik topeng hitam yang selalu ia kenakan di setiap video eksplorasi horor di kanal Sibolga Channel Misteri (SCM), tersimpan kisah hidup yang jauh lebih mencekam dibanding lokasi-lokasi angker yang ia kunjungi. Namanya Bang Yoga, sosok pendiam, karismatik, dan dikenal di komunitas mistis Sumatera Utara sebagai “pelukis dunia ghaib.”
Kemampuannya bukan hasil belajar semalam. Sejak kecil, hidupnya sudah beririsan dengan dunia tak kasat mata berawal dari peristiwa ganjil yang nyaris merenggut nyawanya.
Tahun 1994, di usia 10 tahun, Bang Yoga kecil pulang sekolah melewati jalan kampung di Sibolga. Di tengah perjalanan, ia bertemu seorang kakek berpakaian Jawa, berpeci, dan bertopi caping. Kakek itu mengajaknya ke rumahnya yang tampak asri dan berbeda dari rumah kampung kebanyakan berlantai papan, beratap rumbia, dan berhalaman penuh tanaman hijau. Di sana, Bang Yoga disuguhi ubi rebus dan air putih, lalu diberi pesan:
“Kelak kamu akan jadi orang spesial. Tapi jangan lawan orang tuamu, rajinlah salat, dan banyaklah berbagi agar tetap rendah hati.”
Setelah itu ia tertidur. Saat terbangun, ia sudah berada di rumahnya, dikelilingi keluarga yang menangis histeris. Bang Yoga ternyata hilang selama 12 jam. Orang-orang menemukannya tidur di bawah rumpun bambu dekat sungai, tanpa luka, tapi tubuhnya dingin dan matanya kosong. Sejak hari itu, hidupnya berubah.
Ia mulai bisa melihat hal-hal yang tak bisa dilihat orang lain. Di rumah, ia melihat sosok wanita mirip ibunya tapi berlubang di punggung, lalu sekumpulan anak kecil pucat bermain di belakang rumah tak seorang pun orang dewasa yang melihat mereka.
“Saya bilang ke ibu, di sampingnya ada wanita lain. Tapi ibu anggap saya ngarang,” kenangnya.
Ibu Bang Yoga panik dan meminta bantuan kakeknya, Abu Darin, seorang tabib sekaligus imam masjid. Mereka melakukan ritual kecil menyalakan menyan putih, menyajikan bubur merah putih, kembang setaman, dan air kopi di kamar Bang Yoga. Namun, alih-alih menutup “mata batinnya,” ritual itu justru membuat penglihatannya makin terbuka.
Sejak saat itu, setiap malam tubuhnya menggigil seperti terserang malaria. Dalam keadaan setengah sadar, ia melihat ular besar, dua pria berwujud raksasa, dan seorang nenek tua mengelilinginya sambil membisikkan sesuatu. Selama sebulan penuh, ia hidup di antara dua alam fisik dan astral. Kakeknya akhirnya menjemput dan merawatnya.
Abu Darin lalu mengajarkan Bang Yoga tirakat puasa Senin-Kamis, mandi bunga di sungai, dan memperbanyak zikir. Dari situlah Bang Yoga belajar mengendalikan “anugerah” yang tak dimintanya. “Kakek bilang, jangan takut pada yang kamu lihat, tapi juga jangan sombong dengan apa yang kamu punya,” ujarnya.
Saat dewasa, Bang Yoga menyalurkan bakatnya dalam gambar. Ia bisa melukis makhluk-makhluk halus yang benar-benar hadir di sekitarnya, lengkap dengan bentuk dan aura warnanya. “Sebelum menggambar, saya harus memberi salam dulu ke mereka. Kalau mereka tak ridho, tangan saya kaku. Kalau memaksa, bisa kerasukan,” katanya.
Hidupnya mulai tenang sampai ia bertemu seorang penulis spiritual bernama Kang Moko, narasumber majalah misteri yang sejak lama ia kagumi. Dari surat-menyurat, mereka akhirnya bertemu di Majalengka, Jawa Barat sebuah pertemuan yang membuka bab baru dalam perjalanan spiritualnya.
Kang Moko mengajaknya bermalam di rumah sederhana penuh benda pusaka, lalu membawa Bang Yoga ke gunung dengan goa tua, yang disebut sebagai petilasan leluhur. Di sana, Bang Yoga menjalani ritual meditasi tengah malam.
“Tempat itu kecil di luar, tapi luas di dalam. Gelapnya luar biasa. Saya disuruh duduk dan berzikir dalam hati. Tak lama, saya lihat cahaya terbuka di depan saya,” ceritanya.
Dari balik cahaya itu, muncul almarhum kakeknya dan sosok kakek misterius yang dulu pernah menyembunyikannya saat kecil. Mereka hanya tersenyum, tanpa bicara, lalu diikuti barisan makhluk lain ada yang bercahaya, ada pula yang menyeramkan. “Saya pingsan. Saat sadar, Kang Moko bilang yang kamu lihat itu leluhurmu. Sekarang mereka akan mengikutimu.”
Sejak hari itu, Bang Yoga sadar bahwa dirinya adalah penerus “garis karuhun” yang diwarisi sejak lahir. “Saya punya khadam, tapi bukan dari benda. Dari darah leluhur,” jelasnya.
Sekembalinya ke Sibolga, Bang Yoga bekerja di perusahaan leasing mobil. Hidupnya tampak normal. Tapi setiap kali masuk rumah orang, ia bisa merasakan aura ghaib. Suatu kali, saat menawarkan kredit ke rumah seorang pengusaha kaya, ia melihat sosok perempuan di dapur yang tak kasat mata bagi penghuni rumah.
“Begitu saya tunjukkan sketsa wajah sosok itu, pemilik rumah langsung pucat. Katanya, di dapur itu memang sering ada yang menangis,” kisahnya.
Kemampuannya membuat banyak orang datang meminta bantuan untuk “membersihkan rumah.” Namun Bang Yoga menolak disebut paranormal. Ia hanya membantu dengan doa dan garam, bukan ritual. “Saya enggak mau nyentuh yang hitam-hitam. Cukup doa, zikir, dan niat baik,” katanya.
Kini Bang Bang Yoga hidup lebih tenang, tapi tetap aktif bersama tim SCM (Sibolga Channel Misteri). Ia menjadi kontrol tim pengatur jadwal eksplorasi tempat angker dan kegiatan sosial. Meski dikenal berani menghadapi entitas ghaib, ia mengaku masih menyimpan ketakutan terbesar yaitu kehilangan kendali atas “mata batinnya.”
“Kadang saya masih didatangi. Tapi saya ingat pesan Kang Moko jangan jadikan karunia ini sebagai kebanggaan. Gunakan buat bantu orang, bukan untuk ditakuti,” ucapnya.
Dari pengalaman diculik jin hingga menemukan cahaya spiritual di Majalengka, perjalanan Bang Yoga bukan sekadar kisah mistis. Ini tentang pergulatan seorang manusia mencari jati diri antara dua dunia, dunia nyata dan dunia tak terlihat.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.