Di balik gelombang Samudra Hindia yang menyentuh pantai Sibolga, Sumatra Utara, tersimpan kisah yang sulit dipercaya. Kisah seorang pria yang tanpa sengaja berinteraksi dengan dunia lain dalam perjalanan panjangnya menuju Banda Aceh kota yang pernah luluh lantak oleh gelombang tsunami pada tahun 2004.
Dialah Bang Ichsan, seorang humas di komunitas Sibolga Channel Misteri (SCM) kelompok pemburu kisah spiritual dan supranatural di wilayah Sumatra. Dalam satu perjalanan kerja sekaligus wisata ke Banda Aceh tahun 2021, ia mengalami serangkaian kejadian yang menembus batas logika dan iman.
Perjalanan dimulai malam hari pukul 9.00 dari Sibolga. Dengan mobil pribadi Kijang Innova, ia membawa enam orang rekan. Jalur yang ditempuh ialah rute pantai barat, menyusuri garis laut yang sunyi dan lembab. “Kami berangkat dengan semangat tinggi,” katanya. “Tapi sejak keluar dari Sibolga, perasaanku sudah aneh. Seperti ada yang mengikuti.”
Setelah enam jam perjalanan, mereka berhenti di kota Subulussalam untuk salat subuh. Saat berdiri dalam saf jamaah, sesuatu terjadi. Ketika mengucap salam ke kanan, matanya menangkap sosok berjubah putih dan bersorban, berjanggut panjang, berdiri di sampingnya. “Saya kaget, tapi saat saya toleh lagi, sosok itu hilang,” ujarnya.
Ia berusaha mengabaikannya dan melanjutkan perjalanan. Namun firasat itu tak hilang. Ia merasa seolah-olah sedang diikuti oleh makhluk tak kasat mata sejak keluar dari Subulussalam hingga menuju Melaboh.
Di Masjid Melaboh, ketika ia kembali salat Dzuhur, sosok yang sama muncul lagi di sebelah kanannya. “Kali ini lebih jelas. Wangi harum bunga kantil, janggutnya putih, dan wajahnya meneduhkan,” kenang Bang Ichsan. Ia menyelesaikan salatnya dengan gemetar dan membaca doa agar perjalanan mereka selamat.
Saat singgah di Puncak Gurute, sebuah lokasi tinggi di pinggir laut Aceh yang terkenal indah tapi angker, sosok berjubah itu kembali muncul. Kali ini dengan bentuk utuh, berdiri di hadapannya. “Dia tinggi, hidung mancung, pakai sorban putih dan jubah. Saya lihat dengan jelas sekali. Saya tahu itu bukan manusia,” katanya.
Bang Ichsan percaya, makhluk itu bukan makhluk jahat. Ia yakin sosok tersebut adalah jin muslim penjaga spiritual yang diberi izin mendampingi orang yang niatnya baik. “Dia enggak ganggu, malah kayak ngajak tenang. Tapi auranya besar sekali,” ujarnya.
Setibanya di Banda Aceh, kenangan lama menghantam hatinya. Tahun 2004, tsunami menelan keluarganya ibu, nenek, dan beberapa sepupu. Mereka tak pernah ditemukan. “Saya cuma ingin ziarah, kirim doa,” katanya lirih.
Ia mengunjungi makam massal korban tsunami dan membacakan Al-Fatihah di gerbangnya. Di tengah doa itu, sosok berjubah putih yang sama muncul lagi, berdiri tiga meter darinya, di antara nisan-nisan tak bernama. “Saya menangis. Saya kira arwah keluarga saya yang datang. Tapi ternyata dia lagi. Dia cuma berdiri, senyum, seolah bilang ‘saya jaga mereka’,” ungkapnya.
Perjalanan dilanjutkan ke Museum Tsunami dan kapal terapung kapal pembangkit listrik yang terseret sejauh lima kilometer oleh gelombang besar. Saat berdiri di bawah kapal, Bang Ichsan mencium bau amis darah dan mendengar suara lirih minta tolong dari bawah lambung kapal. “Saya baca Al-Fatihah. Rasanya kayak banyak jiwa yang belum tenang,” katanya.
Tak lama kemudian, ia melihat sosok perempuan berambut panjang menangis di balik mesin kapal. Penjaga lokasi membenarkan, banyak pengunjung spiritual memang melihat sosok itu. “Dia mungkin korban tsunami yang belum dimakamkan dengan sempurna,” ujar penjaga tersebut.
Hari berikutnya, rombongan Bang Ichsan menyeberang ke Pulau Rubiah, pulau kecil di ujung barat Indonesia yang konon dinamai dari seorang perempuan salehah bernama Umi Rubiah, guru mengaji pertama di daerah itu. Saat berziarah ke makamnya, Bang Ichsan membaca doa dan menyiram air di batu nisan.
Saat ia berpaling, sosok perempuan berjilbab putih, bermata biru, berhidung mancung, dan berparas lembut berdiri di balik nisan. “Saya tahu itu beliau. Jilbabnya panjang sampai lutut. Senyumnya damai,” katanya. Ia merasa seolah disambut oleh sosok Umi Rubiah sendiri.
Malamnya, di penginapan, ia bermimpi berjalan ke pantai dan melihat Umi Rubiah berdiri di seberang laut, memanggilnya lembut “Terima kasih sudah datang. Kau masih darahku.” Ia terbangun sambil menangis. “Saya enggak ngerti, tapi merasa seperti ketemu leluhur,” katanya.
Penjaga penginapan mengaku sempat menemukan Bang Ichsan tengah malam berdiri di tepi pantai, seolah hendak melompat ke laut. “Padahal saya pikir cuma mimpi,” ujarnya.
Sejak malam itu, sosok Umi Rubiah sering hadir dalam mimpinya bukan menakuti, tapi menuntun dan melindungi. Saat kembali ke Sibolga, seorang guru spiritual (Buya) mengonfirmasi bahwa sosok itu benar-benar ingin menjadi pendamping rohaninya. “Beliau jin muslim, bukan setan. Tapi kalau salah niat, bisa berubah jadi bala,” kata sang Buya.
Sejak saat itu, hidup Bang Ichsan berubah. Ia lebih religius, meninggalkan dunia hiburan malam, berhenti minum alkohol, dan fokus bekerja. Ia percaya, Umi Rubiah sering memberi “rambu-rambu” lewat intuisi.
Suatu ketika di tempat kerjanya pabrik kayu lapis terjadi ledakan tangki bahan bakar. Bola api besar hampir menyambar dirinya. Tapi entah bagaimana, ia melihat perisai cahaya menahan api itu dan meluncurkannya ke langit. “Alhamdulillah, kamu selamat. Jangan ulangi lagi” ucap sosok Umi Rubiah
Sejak itu, ia tak pernah meragukan keberadaan sosok tersebut. Di rumah, anak kembarnya sering melihat “wanita berjilbab putih seperti guru mengaji.” Istrinya pun tahu. “Kami enggak takut. Beliau baik,” kata Bang Ichsan.
Kini, sosok itu masih sering hadir kadang di mimpi, kadang di sisi kiri tubuhnya. “Beliau enggak pernah ganggu, cuma menuntun,” katanya.
Kisah Bang Ichsan bukan sekadar cerita horor, melainkan perjalanan batin seorang manusia yang berdamai dengan masa lalu dan menerima “penjaga” dari dunia lain sebagai bagian dari takdir. Ia percaya, apa yang dialaminya adalah bentuk kasih sayang Tuhan yang hadir lewat perantara jin muslim.
“Kalau saya enggak taat, mungkin saya enggak selamat waktu ledakan itu. Semua yang baik datang dari Allah, termasuk lewat makhluk yang kita tak bisa lihat,” ujarnya.
Kini, ia hidup damai bersama keluarganya di Sibolga, lebih banyak berzikir dan membantu tim Malam Mencekam melakukan eksplorasi spiritual. Sosok Umi Rubiah masih menemaninya, bukan untuk menakuti, tapi untuk menuntun agar tetap di jalan iman.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.