Persaingan usaha tak selalu berjalan dengan cara sehat. Ketika logika dan kerja keras tak lagi dipercaya, sebagian orang memilih menempuh jalan gelap demi mempertahankan dagangan. Kisah ini bermula dari sebuah kios perabotan plastik di Kota Cirebon.
Pak Nono, pemilik kios tersebut, awalnya menjalani usaha dengan biasa saja. Ember, baskom, dan perabot plastik lain ia jual dengan omset wajar. Tak kaya, tapi cukup untuk menghidupi keluarga kecilnya.
Masalah muncul ketika seorang pedagang baru membuka kios sejenis tak jauh dari tempatnya. Aneh bin ajaib, kios baru itu langsung ramai pembeli. Barang dagangan cepat habis, sementara kios Pak Nono mulai sepi.
Rasa iri perlahan tumbuh menjadi kecurigaan. Pak Nono mulai percaya bahwa pesaingnya menggunakan penglaris Gunung Kawi. Dari situlah pikirannya mulai melenceng, mencari cara “menandingi” kekuatan gaib tersebut.
Pak Iwan, pedagang bakso yang biasa mangkal di depan kios Pak Nono, tak menyangka akan terseret ke dalam urusan itu. Suatu hari, Pak Nono memintanya mengantar ke Garut selama tiga hari dengan imbalan besar.
Dalam perjalanan, Pak Nono akhirnya jujur. Ia hendak melakukan ritual pesugihan dengan perantara seorang kuncen bernama Mbah Lawu, yang dipercaya memiliki hubungan dengan sosok gaib bernama Nyai Langsat.
Mereka tiba di sebuah bukit sunyi di Garut. Di puncaknya berdiri gubuk-gubuk bambu penuh ornamen aneh, tulang-belulang, dan sebuah batu besar berlubang seperti mulut goa. Tempat itu memancarkan aura dingin yang menekan.
Pak Iwan memilih menunggu di mobil. Sementara Pak Nono naik bersama Mbah Lawu membawa sesajen: ayam putih bertanda khusus, kembang tujuh rupa, kemenyan, dan perlengkapan ritual lain.
Malam pertama, teror mulai terasa. Seorang perempuan berwajah cantik tapi pucat berdiri di depan mobil, menatap tanpa berkedip. Suara anjing menggonggong, bisikan ramai, dan gedukan di badan mobil membuat Pak Iwan nyaris pingsan ketakutan.
Malam kedua lebih mengerikan. Rombongan ular berbagai ukuran merayap naik tangga menuju gubuk. Desisnya keras seperti suara pengeras, disusul ketukan gaib yang terus mengitari mobil.
Pada malam ketiga, terdengar tangisan laki-laki menyayat hati dari arah gubuk. Pak Iwan yakin itu suara Pak Nono. Namun ia tak berani mendekat. Ia hanya bisa berdoa hingga subuh tiba.
Pagi harinya, Pak Nono turun dengan wajah pucat dan membawa sekarung penuh uang. Karung goni itu berat luar biasa. Di dalamnya tersusun rapi uang pecahan besar, bernilai miliaran rupiah.
Dalam perjalanan pulang, Pak Nono mengaku sesuatu yang menghancurkan batin. Saat memakan ayam bekakak dalam ritual, yang ia lihat bukan ayam, melainkan anak bungsunya sendiri. Sebuah isyarat tumbal yang telah “diambil”.
Tak lama setelah ritual itu, hidup Pak Nono berubah drastis. Ia membeli mobil mewah, memperluas kios, menambah jenis dagangan, dan hidup bergelimang kemewahan. Dari luar, semuanya tampak sempurna.
Setahun kemudian, anak bungsu Pak Nono meninggal dunia secara mendadak karena sakit panas. Tak ada luka, tak ada kejanggalan medis. Namun Pak Iwan tahu, harga ritual itu akhirnya ditagih.
Ritual kembali dilakukan. Kali ini Pak Nono membawa tiga karung uang sekaligus. Namun setelah itu, tuntutan tumbal meningkat. Nyai Langsat meminta anak sulungnya sebagai pengganti berikutnya.
Di titik itulah Pak Nono menolak. Ia tak sanggup lagi kehilangan anak. Perjanjian dilanggar. Sejak saat itu, keberuntungan berbalik arah.
Usahanya merosot tajam. Toko dijual, mobil dilepas, rumah tangga hancur. Istrinya pergi membawa anak, dan Pak Nono pulang ke kampung halaman dalam kondisi mental yang runtuh.
Beberapa tahun kemudian, Pak Iwan bertemu kembali dengan Pak Nono—bukan sebagai pengusaha sukses, melainkan sosok lusuh yang telah kehilangan akal. Ia datang hanya untuk meminta doa bagi anaknya yang telah tiada.
Kisah ini menjadi pengingat pahit bahwa pesugihan dan penglaris bukan jalan keluar, melainkan jebakan. Kekayaan instan memang menggiurkan, tetapi selalu dibayar dengan kehilangan yang tak sebanding—anak, keluarga, kewarasan, bahkan kemanusiaan.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.