Kisah mistis dari dunia perdagangan di pasar tradisional kembali menyeruak. Seorang pria bernama Bang Hen, yang awalnya hanya membantu istrinya berjualan frozen food di pasar, akhirnya terjerumus dalam lingkaran pesugihan setelah usaha mereka mengalami kejanggalan dan kerugian besar.
Awalnya usaha yang mereka jalankan berjalan lancar. Dagangan seperti tahu bulat, nugget, bakso goreng, kulit lumpia, hingga aneka sosis laris manis. Bahkan, Bang Hen sempat menjadi pemasok utama di beberapa pasar lain hingga mendapat predikat agen nomor satu. Namun, sejak tahun 2011, keberuntungan itu berubah. Barang dagangan mereka tetap habis, tetapi keuntungan seakan lenyap begitu saja. Anehnya, catatan keuangan dari pabrik selalu minus, seolah ada kekuatan gaib yang menggerogoti hasil penjualan.
Bang Hen mulai mendengar bisik-bisik di kalangan pedagang bahwa persaingan dagang di pasar kerap melibatkan “tuyul” dan pesugihan. Siapa pun yang polos tanpa perlindungan atau ilmu mistis, konon akan menjadi korban, meski dagangannya tetap laris. Kecurigaan itu semakin kuat saat pesaing baru muncul di samping lapaknya, menjual dengan harga lebih murah, sementara keuntungan Bang Hen semakin tergerus.
Situasi keuangan yang makin sulit membuat Bang Hen menjual aset demi menutupi kerugian. Usahanya di pasar pun akhirnya ditutup. Ia beralih ke bisnis proyek konstruksi bersama seorang teman. Namun, proyek besar senilai miliaran rupiah justru membuatnya terjerat hutang lebih dalam setelah merugi besar. Di tengah keputusasaan, Bang Hen mulai mencari jalan instan untuk keluar dari lilitan masalah.
Seorang teman lama, Bang Al, membuka jalan gelap itu. Ia mengenalkan Bang Hen pada jalur pesugihan dengan syarat ritual di Gunung di daerah Majalengka, tempat yang konon dijaga Raja Jin. Bang Hen yang terdesak kebutuhan ekonomi dan tekanan keluarga akhirnya menyetujui. Ia nekat mendatangi juru kunci, membawa sesajen, dan menjalani ritual mistis pada malam hari di area pemakaman yang sunyi.
Di sanalah ia berhadapan dengan berbagai wujud gaib pocong berbau busuk, tuyul-tuyul kecil, hingga penampakan makhluk mengerikan. Namun, klimaks dari ritual itu terjadi saat sosok Putri Ular muncul dari batu besar yang bolong. Makhluk setengah manusia setengah ular itu menawarkan kekayaan dengan imbalan tumbal. Bang Hen, yang mengira hanya akan menumbalkan “musuh”, justru hampir kehilangan anaknya sendiri.
Saat ia hendak mengambil karung berisi uang gaib yang dijanjikan, terdengar suara anaknya memanggil dari dalam. Refleks menyebut nama Allah, tubuhnya langsung terlempar sejauh tiga meter, namun karung itu tetap erat dalam pelukannya. Peristiwa itu membuat Bang Hen sadar bahwa dirinya telah diperdaya. Karung yang dibawanya akhirnya dikubur sesuai arahan juru kunci, setelah anaknya mengalami kondisi kritis dan hampir menjadi korban tumbal.
Dengan pertolongan seorang ulama sekaligus pamannya, Bang Hen menjalani tirakat tiga hari tiga malam tanpa makan dan minum, ditemani wirid serta doa-doa. Pengorbanan berat itu membuahkan hasil anaknya pulih, meski sempat menunjukkan perubahan perilaku yang aneh.
Kini, Bang Hen mengaku kapok dan menyesali perbuatannya. Ia menegaskan bahwa pesugihan hanyalah tipu daya iblis yang menjanjikan manis namun berakhir dengan penderitaan. Dari pengalamannya, ia berpesan kepada siapa pun yang sedang terhimpit masalah ekonomi untuk tidak tergiur jalan pintas. Menurutnya, hanya doa, ibadah, dan usaha yang halal yang akan membawa keberkahan.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa di balik hingar bingar pasar tradisional, ada sisi kelam persaingan yang tak kasat mata. Namun, jalan gelap pesugihan hanyalah jebakan yang menyeret manusia semakin jauh dari kebenaran.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.