Di dunia mistik Jawa, ada sebuah ajian tua yang jarang diucapkan sembarangan Aji Kolocokro. Ilmu ini diyakini memiliki kekuatan besar yang mampu memberikan kekebalan dari senjata, kemampuan pengasihan untuk memikat hati, energi penaklukan lawan, kejayaan dalam usaha, bahkan jalur menuju pesugihan dan harta karun gaib. Kekuatan sebesar ini tentu tidak datang tanpa harga. Untuk mendapatkannya, seseorang harus rela menjalani tirakat berat, menghadapi rasa takut, godaan, dan gangguan dari makhluk tak kasatmata.
Kisah ini datang dari pengalaman Mas John, seorang sopir truk yang tanpa rencana justru terseret dalam perjalanan spiritual bersama sahabat lamanya, Eko. Awal tahun 2020, saat pandemi COVID-19 membuat desa menjadi sunyi dan penuh kecemasan, Eko datang dengan wajah gelisah, bercerita bahwa istrinya dan beberapa anggota keluarga mengalami gangguan mistis yang diyakini akibat santet. Dalam keputusasaan, Eko meminta Mas John mengantarnya ke seorang spiritualis yang dikenal dengan sebutan Abah, seorang ahli penangkal santet dan teluh.
Abah tinggal di rumah sederhana di pinggiran hutan. Saat mereka tiba, tatapan Abah membuat Mas John merinding. Dengan suara pelan namun tegas, Abah mengatakan bahwa sebenarnya Eko mampu menyembuhkan keluarganya sendiri jika mau menjalani tirakat untuk menguasai Aji Kolocokro. Mas John yang awalnya hanya berniat mengantar, tak menyangka Abah juga melihat potensi spiritual dalam dirinya. “Kalau mau ikut, kamu harus siap. Jalan ini tidak mudah,” kata Abah singkat.
Tirakat yang diminta bukan hal ringan. Mereka harus menjalani puasa begog, puasa bisu selama tiga hari tiga malam. Selama itu, mereka tidak boleh berbicara, tidak tidur di rumah, dan harus menghabiskan waktu di tempat sepi seperti hutan atau persawahan. Setiap pagi, mereka wajib menghadap matahari terbit sambil membaca mantra khusus. Hari pertama, gangguan mulai datang. Mas John mendengar suara pedagang nasi goreng yang semakin dekat, padahal ia sendirian di tepi sawah. Malam kedua, ia menyaksikan pemandangan mustahil—sebuah pasar kuno yang ramai dengan orang-orang berbusana zaman dulu, lengkap dengan suara tawar-menawar, lalu lenyap ketika ia berkedip. Malam ketiga adalah ujian terberat. Sosok perempuan cantik berkulit pucat, mengenakan kebaya, dan beraroma melati muncul di hadapannya. Perempuan itu memintanya menjadi suami dan berjanji akan memberikan segalanya. Mas John yang terkejut tanpa sadar menjawab, sehingga sumpah bisunya terputus dan tirakatnya gugur.
Eko, meski menghadapi ujian yang sama, berhasil menuntaskan tirakat dan memperoleh Aji Kolocokro. Ia segera mempraktikkannya untuk menyembuhkan keluarganya, dan gangguan santet pun hilang. Beberapa minggu kemudian, Abah memanggil mereka kembali untuk misi yang lebih berbahaya—membuka bangker harta karun gaib di tengah hutan yang konon dijaga makhluk halus. Perjalanan dilakukan pada malam hari. Mereka membawa sesaji lengkap: kemenyan, bunga tujuh rupa, dan kendi air sumur keramat. Setelah membaca mantra, Abah mengetuk tanah tiga kali, dan Mas John merasakan hawa yang berbeda, seolah mereka melangkah ke dimensi lain.
Di hadapan mereka tampak tumpukan emas batangan setinggi piramida, perhiasan berkilau, dan koin emas berserakan. Cahaya lilin dari kejauhan menerangi sosok wanita berbusana kerajaan, dikelilingi pelayan gaib. Eko, yang berada di depan, berhadapan dengan seorang pendekar gaib. Pertarungan singkat terjadi sebelum sang pendekar memberi jalan. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai penjaga bangker dan menyampaikan pesan bahwa emas tersebut belum waktunya diambil. Jika memaksa, konsekuensinya adalah nyawa.
Eko menoleh kepada Mas John, dan mereka sama-sama terdiam. Harta itu nilainya mungkin triliunan, tetapi kata-kata sang penjaga terus terngiang. Mereka memutuskan untuk mundur. Saat melangkah pergi, Mas John menoleh sekali lagi, melihat cahaya lilin meredup, sosok-sosok gaib memudar, dan tumpukan emas lenyap seperti asap. Hingga kini, Mas John menganggap kejadian itu sebagai peringatan. Aji Kolocokro memang diyakini memberi banyak kemampuan, tetapi juga membuka pintu kepada godaan yang tidak semua orang sanggup hadapi. “Triliunan nilainya,” kenangnya, “tapi kalau harus menggadaikan nyawa, itu bukan rezeki saya.”
Kisah ini menjadi pengingat bahwa di dunia spiritual Jawa, kekuatan besar selalu datang dengan ujian sepadan, dan sering kali harga yang diminta jauh lebih mahal daripada yang mampu kita bayar.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.