Tahun 2018, Bang Ben menghadapi pilihan hidup yang enggak main-main: masuk penjara atau menikah dengan makhluk gaib demi uang miliaran. Semua bermula dari skandal keuangan tempatnya bekerja di sebuah perusahaan pembiayaan alat berat di Kalimantan. Tiga staff kepercayaannya terbukti melakukan penggelapan dana hingga hampir 2 miliar rupiah. Sebagai kepala cabang, Bang Ben ikut terseret. Audit sudah di depan mata dan dua stafnya kabur. Tinggal dua opsi: biarkan mereka masuk bui atau cari jalan gelap.
Seorang stafnya, Nanang, menawarkan jalan keluar.
“Ada ibu angkat saya. Dia bisa bantu. Tapi ada syaratnya…”
Tanpa banyak tanya, Bang Ben setuju. Mereka menyeberang sungai, menyusuri hutan Kalimantan, sampai ke sebuah rumah panggung terpencil. Di sana, mereka bertemu Ibu Dewi. Tapi bukan uang yang langsung ditawarkan melainkan sebuah pernikahan gaib.
“Yang dipilih bukan teman kamu, tapi kamu, Bang Ben.”
Bang Ben bingung. “Lho, yang butuh bantuan kan mereka, kenapa saya?”
Jawabannya dingin. “Karena kamu bersih. Tidak punya ambisi. Dan… kamu berjodoh dengan sang Putri.”
Malam itu, Bang Ben dirias seperti pengantin adat. Ia dinikahkan dengan putri gaib keturunan Belanda. Cantik, bermata biru, dan mengaku dulunya adalah misionaris yang mati karena cinta. Ia menyebut Bang Ben sebagai “Raden”, nama kekasihnya di kehidupan lama.
Setelah malam pertama bersama putri makhluk ghaib. Di pagi harinya, kamar tempat Bang Ben tidur penuh dengan uang tunai. Tumpukan setinggi hampir menyentuh plafon. Uang nyata. Bisa dipegang. Bisa dihitung. Tapi… hanya Bang Ben yang bisa mengambilnya. Teman-temannya tak bisa menyentuhnya, seolah uang itu hanya “mengakui” pemiliknya.
Lalu datang syarat berikutnya. Setiap malam Jumat, Bang Ben harus menyediakan kamar khusus untuk sang Putri. Bahkan, istrinya yang sah harus ikut mempersiapkannya. Dan yang paling mengerikan… Ia harus punya anak dari istrinya. Di umur 7 hari, nyawa anak itu akan diambil sang Putri. Itu syarat agar uang terus mengalir. Jika menolak? Ada opsi kedua: nikah lagi dengan perawan, punya anak, dan anak itu juga akan diambil. Siklusnya terus berulang.
Bang Ben pun kabur, Tapi Sang Putri tetap mengikutinya. Tak tahan karena diikuti, Bang Ben kabur. Tinggalkan uang, rumah ritual, dan semua perjanjian. Ia sembunyi di kota pelabuhan, jadi buron karena bawa mobil kantor. Tapi sang Putri tetap mengikuti Bang Ben. Malam Jumat, ia muncul. Kadang dalam wujud cantik, kadang berubah menyeramkan. Gigi taring, rambut panjang, bahkan mengancam:
“Kalau kita tidak bersatu malam ini, semua keluargamu akan saya ambil!”
Bang Ben jatuh ke titik nadir. Hidup tak tentu arah. Tidur di masjid, pura-pura waras. Sampai orang-orang menyebutnya gila. Akhirnya… Bang Ben Minta Cerai. Di proyek jembatan tempat ia kerja jadi buruh, ia bertemu mandor misterius. Mandor ini tahu segalanya. Bahkan bisa melihat sang Putri.
“Kalau kamu mau cerai, siapkan tujuh jarum emas dan benang hitam.”
Ritual cerai digelar di malam Jumat Kliwon. Sang Putri diikat, tubuhnya ditusuk di tujuh titik sendi. Tapi untuk benar-benar memutus ikatan, kepalanya harus dipisahkan dari tubuhnya.
“Dia sudah jadi siluman, Ben. Kalau tidak diakhiri, dia akan hidup kekal di dunia nyata.”
Dengan berat hati, Bang Ben melakukannya. Kepala dan tubuh dikubur di dua tempat berbeda. Sebelum Sang Putri pergi, hanya berkata:
“Kalau itu keputusan Raden… saya ikhlas.”
Pesan dari Bang Ben
“Uang itu nyata. Tapi syaratnya juga nyata. Jangan pernah tergiur jalan cepat.”
Bagaimana Nasib Bang Ben sekarang? tonton videonya sampai TAMAT !
Hanya di Youtube Malam Mencekam !