Tahun 2016. Seorang perempuan muda bernama Endang, TKW asal Kuningan, kembali diberangkatkan ke Taiwan untuk bekerja pada keluarga Erik dan Iren, pasangan pengusaha yang sedang dililit krisis finansial. Toko sepatu mereka sepi, rumah makan baru pun tak kunjung laku. Tapi siapa sangka, di balik keputusan bisnis yang tampaknya biasa, tersimpan niat yang jauh lebih gelap yaitu pesugihan dari Gunung Kawi.
Endang, seorang Muslimah berhijab, bekerja sebagai ART. Pekerjaannya cukup berat, pekerjaannya membersihkan rumah dua lantai, merawat anak-anak, sampai memandikan anjing pudel milik keluarga majikannya. Selain itu, setiap hari ia juga diminta membantu di rumah makan yang baru dibuka Iren majikannya. Endang bekerja menghidangkan sop babi dan sate petis khas perpaduan Taiwan-Indonesia.
Awalnya rumah makan tersebut sepi. Tapi segalanya berubah tiga hari setelah majikannya Endang, Iren dan Erik pulang dari Indonesia, tepatnya dari Gunung Kawi. Mereka membawa sebuah hiu panjang bertuliskan “Gunung Kawi” dan bungkusan misterius yang dimasukkan ke kamar gudang dan dilarang disentuh siapa pun, termasuk Endang.
Sejak saat itu, rumah makan yang tadinya sepi mendadak ramai pembelinya. Endang menyaksikan sendiri ritual yang dilakukan Iren majikannya menabur rempah-rempah ke kuah sop, menyiram pintu dengan air campuran minyak, dan setelah itu keanehan-keanehan mulai terjadi.
Malam-malam, Endang sering mendengar suara anak-anak tertawa dari kamar larangan. Endang yang penasaran, lalu membuka pintu. Endang melihat tiga anak kecil bertaring sedang menjilat air di lantai dan ditemani anjing hitam bermata merah yang bisa tembus ke dalam kamar tanpa membuka pintu.
Ketakutan demi ketakutan mendera Endang. Tubuh Endang mulai melemah, sering muntah, pucat, dan akhirnya sakit parah. Saat pulang ke Indonesia, keanehan justru semakin menjadi. Matanya melotot, tubuhnya sulit digerakkan, bahkan minum pun hanya bisa dengan cara menjilat seperti anjing.
Paranormal demi paranormal dipanggil, tak ada yang berhasil menyembuhkan Endang. Sampai datanglah Ki Suma, yang mencoba mengusir makhluk itu dengan ajian Kulhu Sungsang dan Kulhu Geni. Namun, hasilnya nihil bahkan Ki Suma pun terpental.
Akhirnya, datang Haji Arya, kiai dari kaki Gunung Ciremai. Dari tubuh Endang, terdengar suara laki-laki tua mengaku sebagai penguasa Gunung Kawi. Ia berkata, “Tubuh ini sudah ditargetkan jadi tumbal. Sukmanya sudah saya penjarakan di Gunung Kawi.”
Permintaan makhluk itu hanya satu, tiga tusuk sate hati babi mentah. Setelah dikabulkan, makhluk itu masih ingkar. Ia minta emas hasil jerih payah Endang selama bekerja di Taiwan dibuang ke sungai deras.
Demi menyelamatkan putrinya, orang tua Endang rela melakukan apa pun. Emas dibuang. Ritual selesai. Endang pun sempat sadar. Tapi hanya sementara.
Keesokan harinya, Endang kembali kerasukan dan meninggal dunia. Tak ada yang bisa dilakukan. Tidak ada yang bisa dituntut. Orang tua Endang hanya bisa menangis, mengutuk Iren dan Erik bos kaya yang kini makmur, entah di mana.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.