Mas Damar lahir di keluarga penganut kejawen garis keras. Sejak kecil ia sudah dikenalkan pada tirakat, mantra, dan ritual-ritual kuno. Ayahnya dikenal sebagai orang yang “ngerti ghaib”, sedangkan ibunya seorang perempuan yang tekun berdoa tapi tetap dalam jalur kejawen. “Saya dibesarkan dengan keyakinan bahwa alam ghaib itu nyata, dan manusia bisa berhubungan dengan mereka kalau hati dan tubuh disiapkan,” kenangnya.
Di usia remaja, Mas Damar menjalani tirakat 91 hari di kawasan Alas Roban, Jawa Tengah, sebuah hutan yang terkenal angker dan dipercaya sebagai gerbang dunia siluman. Di situlah ia dipertemukan dengan Dewi Poncowati, sosok perempuan ghaib berparas cantik yang mengaku berasal dari garis keturunan kerajaan siluman.
Dalam ritual panjang, keduanya “dinikahkan” secara ghaib. “Saya dikatakan sudah sah menjadi suami istri lewat perantara kiai kejawen dan mantra leluhur,” kata Damar. Sejak hari itu, kehidupannya berubah. Ia sering didatangi sosok ghaib itu di malam Jumat Kliwon, dan setiap kali terjadi hubungan batin, uang dan keberuntungan datang tanpa diminta.
Selama bertahun-tahun, hidupnya berjalan dengan lancar. Ia bekerja di berbagai negara Jepang, Brunei, hingga Kanada dan mengaku Dewi Poncowati selalu hadir menemaninya meskipun terpisah benua. “Mitos bilang ilmu kejawen putus kalau nyeberang laut, tapi istri ghaib saya bisa hadir bahkan di Kanada,” ujarnya.
Namun kekuatan itu ternyata juga menjadi kutukan. Rasa cemburu dari istrinya yang ghaib menjadi sumber petaka besar.
Di tahun 2014, Damar bekerja di salah satu keraton di Jawa Tengah dan bertemu dengan seorang putri bangsawan. Mereka jatuh cinta dan menikah secara adat. Namun kebahagiaan itu singkat. Dalam satu tahun, istrinya meninggal dunia tanpa diagnosa medis yang jelas. “Tubuhnya masih hangat tapi sudah membiru,” kenangnya lirih.
Ia yakin, kematian itu akibat cemburu Dewi Poncowati, istri ghaibnya. “Perempuan manusia kalau marah bisa berhari-hari, tapi bangsa ghaib marahnya bisa bertahun-tahun,” katanya.
Setelah kematian istrinya, ibunya jatuh sakit berat. Ia sadar semua ini adalah peringatan. Ibunya memanggilnya pulang ke Cirebon. Mas Damar pun pulang dan di rumah itulah perjalanan spiritualnya benar-benar dimulai.
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di rumah sang ibu, tubuh Damar langsung panas luar biasa. Ia muntah, pusing, dan gemetar hebat. “Seperti dua energi besar saling bentrok,” katanya. Energi kejawen yang selama ini melekat pada dirinya bertabrakan dengan energi ibunya yang telah muslim.
Ibunya tetap lembut. Di tengah kondisi itu, ia hanya berkata:
“Kamu sejak kecil sudah belajar kejawen. Sekarang, mau enggak belajar Islam?”
Bukan paksaan, tapi ajakan penuh kasih. Damar pun setuju. Setiap malam Jumat, ia masih menjalankan ritual kejawen, sementara ibunya membaca Al-Qur’an di kamar sebelah. “Aroma dupa bercampur dengan lantunan ayat suci. Saya merasa dingin dan damai,” katanya.
Selama tiga tahun ia hidup dalam dua dunia kejawen dan Islam. Tapi Allah punya cara untuk menuntunnya sepenuhnya.
Tanggal 21 Oktober 2018, dua hari setelah ulang tahunnya, Damar tiba-tiba pingsan. Ia tak sadarkan diri selama tiga bulan penuh. Menurut dokter, ia koma. Tapi dalam kesadarannya yang lain, ia menjalani perjalanan panjang bukan mimpi, tapi pengalaman spiritual yang membuka mata batinnya.
Ia melihat orang-orang disiksa di alam lain tubuh manusia dengan kepala hewan, makhluk setengah kera, setengah ular, diseret dan diikat dalam lingkaran api. “Mereka adalah orang yang mengikat perjanjian ghaib di dunia,” katanya.
Di alam itu pula ia bertemu tokoh-tokoh spiritual besar, seperti Tribuana Tunggadewi dan Syarifah Mudaim, tokoh sejarah yang ternyata memberi salam dalam bahasa Islam. “Mereka menyapa saya dengan salam islam, saat itu saya menangis. Baru kali itu sosok dari alam lain mengucap salam Islam,” ucapnya.
Pertemuan itu mengubah segalanya. Saat tersadar dari koma pada Desember 2018, ia membawa keyakinan baru Islam adalah cahaya yang selama ini ia cari.
Dua tahun kemudian, ujian terakhir datang. Pada 31 Desember 2019, ibunya meninggal dunia di pangkuannya. “Ibu minta saya bantu membaca kalimat syahadat. Saat lafaz La ilaha illallah keluar dari bibirnya, napas ibu terhenti sambil tersenyum,” kenangnya.
Ia mencium aroma harum bunga kantil aroma yang dulu muncul saat ritual kawin ghaib, tapi kini terasa menenangkan. “Saya tahu, kali ini bukan dari Dewi Poncowati. Itu dari Allah,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Saat menguburkan ibunya, ia pingsan di tepi liang lahat. Di alam bawah sadar, ia melihat ibunya berpamitan dengan senyum, diiringi sosok-sosok bercahaya putih. Dari situlah Damar benar-benar memutus hubungan dengan masa lalunya.
Sejak 2020, Damar berkeliling mencari guru untuk membimbing hijrahnya. Ia mendatangi ulama di Cirebon, Buntet, hingga pesantren Geong. Semua ilmu kejawen yang dulu ia pelajari dibuang pusaka, keris, hingga jimat-jimat ghaib.
Tahun 2023 menjadi titik akhir. Di hadapan gurunya, ia menceraikan secara spiritual Dewi Poncowati, istri ghaib yang selama ini menemaninya. “Saya lepaskan semuanya, saya syahadat ulang, dan saya berjanji tak akan lagi berurusan dengan dunia ghaib,” katanya.
Kini, ia hidup sederhana sebagai guru spiritual Islam. Ia masih menyimpan dua benda minyak biru dari Dewi Tunjung Biru dan cincin nikah dari Dewi Poncowati. Bukan untuk digunakan, tapi sebagai pengingat masa lalu. “Biar saya ingat pernah tersesat dan diselamatkan,” ujarnya.
Perjalanan hidup Mas Damar adalah bukti nyata bahwa Allah tak pernah menutup pintu taubat. Dari ritual kejawen, pesugihan, kawin ghaib, hingga koma tiga bulan, semua menjadi jalan panjang menuju cahaya iman.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.