Di balik deretan warung nasi Sunda yang selalu ramai pembeli, tersimpan kisah kelam yang tak pernah terbayangkan oleh mereka yang datang hanya untuk makan. Usaha yang tampak sederhana itu ternyata berdiri di atas perjanjian gelap dengan dunia tak kasat mata.
Bu Haji, pemilik usaha tersebut, dikenal sebagai pengusaha sukses. Dalam waktu kurang dari tiga tahun, ia mampu membuka hingga sembilan cabang warung nasi di berbagai kota. Keberhasilannya sering disebut sebagai buah kerja keras dan keberanian bisnis.
Namun di balik senyum ramah dan penampilan religiusnya, Bu Haji menyimpan rahasia besar. Ia hidup sendirian di rumah mewah Jakarta, dijaga ketat oleh sesuatu yang tak terlihat. Rumah itu nyaris tak pernah tersentuh maling, seolah memiliki penjaga tak kasat mata.
Kisah ini terungkap dari sudut pandang Teh Imas, seorang janda muda yang baru kehilangan suami. Dalam kondisi berduka dan terhimpit kebutuhan hidup, ia menerima tawaran Bu Haji untuk bekerja sebagai pendamping pribadi di Jakarta.
Awalnya, pekerjaan itu terasa wajar. Teh Imas mendampingi Bu Haji berkeliling warung, menyiapkan kebutuhan harian, dan menemani perjalanan bisnis. Gaji lancar, kebutuhan tercukupi, dan anak-anaknya di kampung bisa tetap hidup layak.
Namun kejanggalan mulai muncul. Bu Haji kerap menjalani puasa-puasa aneh dan mengurung diri di kamar tertentu untuk melakukan ritual. Ia melarang siapa pun masuk saat itu, dengan alasan “berdialog” demi kelancaran usaha.
Di salah satu warung, Teh Imas menyaksikan peristiwa tak masuk akal: dapur penuh darah tanpa ada proses penyembelihan. Di lain waktu, terdengar suara ledakan misterius tanpa sebab. Semua dianggap Bu Haji sebagai gangguan kecil.
Perjalanan ke Tegal untuk mengunjungi makam mantan karyawannya bernama Yani menjadi titik balik. Di rumah keluarga almarhumah, suasana dingin dan berat terasa. Sejak itu, Teh Imas mulai mengalami mimpi-mimpi aneh yang terasa nyata.
Sosok Yani kerap muncul dalam tidurnya—seolah ingin menyampaikan sesuatu, namun selalu tertahan oleh kekuatan lain. Saat kembali ke Jakarta, bayangan hitam terasa terus mengikuti Teh Imas, bahkan hingga ke dalam rumah Bu Haji.
Perilaku Bu Haji pun berubah. Di malam hari, ia mulai menunjukkan ketertarikan menyimpang kepada Teh Imas, memaksanya secara halus hingga kasar. Saat ditolak, sorot matanya berubah, seolah bukan manusia yang menatap.
Melalui peringatan seorang kerabat yang memiliki kepekaan batin, Teh Imas mengetahui kebenaran mengerikan. Bu Haji bersekutu dengan empat jin kuat, masing-masing memiliki wujud dan karakter berbeda, yang menjadi penjaga sekaligus pemberi kekayaan.
Empat makhluk itu bukan hanya menjaga usaha, tetapi juga menuntut “hak”. Salah satu konsekuensinya adalah penyimpangan perilaku dan tumbal manusia. Yani, mantan karyawan yang berniat pergi dan menikah, menjadi korban pertama.
Serangan gaib yang dikirim Bu Haji kepada Yani justru berbalik. Yani kehilangan kewarasan, dipasung oleh keluarganya, dan akhirnya meninggal dunia. Arwahnya tak pernah benar-benar tenang, terikat oleh perjanjian yang tak ia pahami.
Puncak kejadian terjadi pada malam ritual besar. Rumah Bu Haji berguncang oleh cahaya merah dan suara ledakan. Teh Imas menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri empat makhluk itu berebut tubuh Bu Haji, mengklaim hak masing-masing.
Di tengah kekacauan, cahaya putih turun dan menghantam ruangan. Makhluk-makhluk itu terpental satu per satu, beserta seluruh “pasukan” penjaga rumah. Untuk pertama kalinya, rumah itu terasa kosong dan sunyi.
Bu Haji selamat, namun jiwanya hancur. Ia hidup dalam kondisi linglung, berteriak ketakutan, dan tak lagi mengenali orang di sekitarnya. Semua yang pernah ia banggakan runtuh dalam semalam.
Teh Imas memilih pergi. Ia menyerahkan Bu Haji kepada keluarganya dan memutuskan kembali ke kampung. Trauma yang ia bawa nyaris merenggut kewarasannya sendiri.
Seiring waktu, usaha warung nasi Bu Haji mulai merosot. Tanpa “penjaga”, penglaris, dan ritual, warung-warung itu kehilangan daya magisnya. Cabang demi cabang tutup perlahan.
Kisah ini membuktikan bahwa kekayaan instan selalu menuntut bayaran mahal. Perjanjian dengan makhluk gaib tak pernah berhenti pada harta—ia menggerogoti akal, iman, dan kemanusiaan.
Di balik sepiring nasi hangat yang tampak sederhana, bisa tersembunyi dosa panjang dan jeritan arwah yang tak terdengar. Jalan pesugihan mungkin memberi kemewahan sesaat, tetapi kehancuran selalu menunggu di ujungnya.
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.