Jualan soto laris manis, pelanggan tak henti datang. Tapi siapa sangka, rahasianya bukan sekadar resep turun-temurun. Tapi… perjanjian dengan jin. Mbak Diana tak pernah menyangka hidupnya akan bersentuhan dengan dunia gaib. Awalnya hanya ingin sukses, ingin dagangannya laku, ingin hidup layak bersama suami yang baru ia nikahi secara siri. Tapi tekanan ekonomi dan ambisi membuatnya menempuh jalan yang tak biasa.
Tahun 2018. Mbak Diana dan suaminya hidup pas-pasan. Jualan gorengan, nasi kuning, apa aja dikerjain. Tapi tetap saja uangnya selalu kurang. Mbak Diana mengaku, dia malu, Gengsi, Pengen kelihatan hidupnya baik-baik aja. Tapi kenyataannya, penghasilan seret, suami kadang kerja kadang nganggur. Mereka sering bertengkar cuma gara-gara uang.
Sampai akhirnya, Mimi ibu angkat Mbak Diana bilang satu kalimat yang jadi awal segalanya:
“Kalau kamu mau daganganmu laris… ikut Mimi ke Sumedang.”
Mbak Diana, suaminya, dan Mimi berangkat ke Sumedang. Rumah yang dituju bukan rumah biasa. Terletak di tengah hutan jati, sepi, dingin, jauh dari tetangga. Di situlah mereka bertemu Abah, seorang pria tua misterius yang disebut “orang pintar.” Abah menyiapkan ritual. Mbak Diana dan suaminya diminta tinggal selama 7 hari di sebuah gubuk bambu reyot di belakang rumah. Tidak ada listrik, tidak boleh bawa HP, dan hanya boleh minum air yang dibawa Abah.
Setiap malam, Mbak Diana harus pakai kebaya hijau tua, selendang, dan menyisir rambutnya pakai sisir pemberian Abah sambil baca mantra bahasa Sunda. Lilin-lilin kecil ditempatkan di sudut-sudut gubuk dan selalu disediakan Air kembang.
Malam demi malam dilalui. Hari pertama dan kedua masih terasa sepi. Hari ketiga angin mulai terasa berbeda.
“Aku nggak bisa tidur. Badanku dingin, menggigil. Aku duduk bersila. Tiba-tiba pintu gubuk kebuka sendiri… Bukan Abah yang datang.”
Sosok Perempuan Itu datang di tengah hujan deras, lalu masuklah sosok perempuan berwajah mirip jenglot. Rambut gimbal panjang, mata merah, telinga runcing, kulit pucat dan mulut yang ketawa dengan gigi runcing semua. Sosok itu jalan mendekat ke arah Diana.
“Aku takut, tapi aku ingat pesan Abah… Jangan lari. Jangan mundur. Aku cuma bisa tunduk.”
Perempuan itu menyisir rambut Mbak Diana pakai kukunya sendiri. Baunya amis dan seperti besi berkarat.
“Namaku Nyai Seruni,” katanya.
“Kalau kamu mau daganganmu laris… kamu harus terima anakku. Namanya Kliwon.”
Tiba-tiba Mbak Diana merasa tangannya berat. Di pangkuannya muncul sebuah kendi tanah liat.
“Di dalam kendi ini, ada anakku. Kamu harus anggap dia anakmu sendiri. Rawat dia. Jangan ditolak. Jangan dibentak. Jangan diusir.”
Mulai malam itu, setiap malam Mbak Diana harus menyisir, menyebut nama “Kliwon”, dan menyimpan kendi itu di tempat khusus. Tidak boleh disimpan sembarangan, Tidak boleh diceritakan ke orang lain.
Bagaimana Nasib Mbak Diana sekarang? tonton videonya sampai TAMAT !
Hanya di Youtube Malam Mencekam !