Tak semua pekerjaan malam itu tenang. Bagi sebagian orang, seperti Wa Ardi seorang operator ekskavator senior malam adalah waktu di mana dunia yang tak kasat mata mulai beraksi. Dari nenek tua misterius hingga sundel bolong tanpa kepala, kisah ini bukan sekadar cerita horor biasa. Ini adalah pengakuan langsung dari pelaku proyek jalan nasional yang penuh teror.
Tahun 2005, Wa Ardi kembali mengoperasikan alat berat di proyek renovasi jembatan yang menghubungkan jalur Pantura Indramayu, Cirebon, hingga Losari. Ia tak pernah menyangka, pekerjaan malam yang awalnya dianggap menguntungkan karena upah lembur, justru membawa teror dari alam lain.
Malam ketiga, ia melihat seorang nenek berkebaya duduk di bawah jembatan. Saat dilihat kembali, sosok itu menghilang. Warga sekitar menyebutnya penunggu jembatan, dan menyarankan Wa Ardi melakukan ritual “permisi gaib” agar tidak diganggu. Bersama dukun lokal bernama Mang Darma, ia mengadakan ritual menggunakan ayam tulak dan bunga tujuh rupa.
Penampakan demi penampakan terus bermunculan seiring berjalannya malam-malam kerja Wa Ardi. Ia menyaksikan sosok-sosok aneh yang tak bisa dijelaskan secara logika. Salah satunya adalah Buncul, makhluk air dengan wajah mirip monyet, tubuh manusia, dan rambut panjang berwarna merah kecoklatan. Kemudian ada Aden-Aden, hantu tanpa wajah yang sering terlihat berdiri diam di dekat para pemancing, menebar hawa dingin dan rasa takut. Tak kalah menyeramkan adalah Setan Janggitan, sekelompok anak kecil berambut panjang yang suka bermain di pinggir kali sambil berbicara dengan bahasa yang tak dimengerti. Sementara itu, makhluk paling mengerikan yang pernah ia lihat adalah sosok Perempuan Tanpa Kepala, yang disebut warga sebagai Setan Daska. Perempuan ini kerap terlihat mondar-mandir di bawah kolong jembatan, seolah mencari kepalanya yang hilang. Meski diteror habis-habisan oleh makhluk-makhluk tersebut, Wardi tetap memilih bekerja malam. Saat ditanya alasannya, ia hanya menjawab dengan tenang, “Malam itu adem, kerja lebih enak, dan bayarannya lebih tinggi. Tapi memang gangguannya juga lebih ngeri.”
Ketika ditanya mengapa tetap bekerja malam meski diteror, Wa Ardi menjawab, “Malam itu adem, kerja lebih enak, dan bayarannya lebih tinggi. Tapi memang gangguannya juga lebih ngeri.”
Warga menyebut lokasi proyek itu sebagai jalur tengkorak. Sudah banyak kecelakaan tragis terjadi, mulai dari mobil masuk sungai, tabrakan beruntun, hingga pengemudi truk melihat penampakan dan hilang kendali.
Wa Ardi sempat menyaksikan air sungai tiba-tiba berombak besar, padahal tidak ada angin. Sosok perempuan muncul menghalangi jalan. Kadang terlihat dari kejauhan mengangkat tangan melambai, membuat pengemudi yang ngantuk atau melamun kehilangan arah.
“Jangan lewat sini tengah malam sambil ngelamun,” pesan tukang warung setempat. “Banyak yang sudah jadi korban.”
Di tengah semua keanehan, Wa Ardi tetap menyelesaikan proyeknya selama hampir lima bulan. Ia yakin, ritual dan sikap sopan terhadap “penghuni lama” di lokasi kerja membuatnya selamat.
“Kalau permisi secara manusia sudah, secara gaib juga harus,” ujar Wa Ardi. “Saya kerja, tapi tetap minta izin. Jangan arogan.”
Tonton versi lengkap ceritanya di Youtube Malam Mencekam
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.